MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
“PEMAHAMAN PRIBADI SISWA “
Disusun
oleh:
LINDA
RAHMAWATI
1201070034
Semester 2
B
PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2013
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, merupakan ucapan
rasa terimakasih yang pantas atas rahmat dan krunia yang diberikan oleh Allah
SWT, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemahaman Pribadi Siswa” dengan tepat
waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Pengembangan Peserta
Didik . Pada penulisan makalah ini saya berusaha untuk menyajikan tulisan yang
terbaik. Makalah ini selesai dengan baik dan tepat waktu karena adanya dukungan
dan doa kedua orang tua serta bimbingan dari dosen. Oleh karena itu saya
mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta
dukungannya.
Dalam penulisan makalah ini saya sadar
bahwa masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan saya sendiri, namun hal ini merupakan salah satu proses menuju
kebaikan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran para pembaca agar
memotivasi saya.
Trimakasih , dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Purwokwero , 11 April 2013
Penyusun
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Seorang guru ada adalah untuk
menghasilkan siswa yang baik, baik dalam artian sikap maupun kecerdasan
otaknya. Untuk mencapai tujuan tersebut guru tidak hanya dituntut untuk
mengetahui perkembangan siswa namun diimbangi juga dengan pengetahuan pribadi
siswa dalam kegiatan belajar. Perlunya pemahaman akan pribadi siswa adalah
untuk mengetahui karakteristik seorang siswa dalam memahami pelajaran dalam
proses belajar. Pemahaman antar seorang siswa dengan siswa yang lain
berbeda-beda baik secara kognitif, afektif dan pskomotor. Maka pemahaman guru
akan pribadi siswa adalah sangat penting untuk menjadi tolak ukur seorang guru
dapat mengajar dengan baik.
Di dalam kegiatan belajar mengajar
guru biasanya dapat mengetahui karakteristik seorang siswa dengan cara memahami
peribadi siswa masing-masing melalui pengetahuan atau penguasaan siswa terhadap
materi yang diberikan maupun melalui perilaku siswa secara langsung. Namun
tidak semua guru dapat melakukan hal tersebut, karena memahami pribadi seorang
siswa tidaklah mudah karena tingkat pemahaman seorang siswa itu berbeda-beda.
Sehingga guru dituntut untuk belajar memahami akan perkembangan pribadi seorang
siswa.
Dengan demikian pemahaman guru
terhadap pribadi siswa diharapkan mampu membimbing dan mengarahkan siswa agar dapat
memahami akan materi pelajaran yang diberikan dengan baik. Baik
menggunakan metode pengajaran tertentu maupun pendekatan guru terhadap siswa
sendiri. Sehingga peran guru untuk menghasilkan siswa yang baik berdasarkan
sikap maupun tingkat kecerdasan otak seorang siswa dapat tercapai.
B.
Rumusan masalah
1. Apa
yang di maksud dengan pemahaman pribadi siswa ?
2. Apa
saja factor yang mempengaruhi pemahaman pribadi siswa?
3. Apa
saja tingkatan pemahaman pribadi siswa?
4. Bagaimana
cara mengevaluasi pemahaman siswa?
5. Usaha-usaha
apasaja yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan pemahaman siswa?
C.
Tujuan
Penulisan
makalah ini adalah bertujuan untuk mengetahui pemahaman guru akan pribadi
seorang siswa dan mencari tolak ukur akan pemahaman maupun daya tangkap seorang
siswa terhadap materi yang diberikan. Makalah ini juga bertujuan untuk mencari
solusi agar seorang guru mampu membimbing dan mengarahkan seorang siswa untuk
mencapai pemahaman melalui kemampuan dan pribadi siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian pemahaman
Di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dikatakan bahwa pemahaman adalah mengerti benar atau mengetahui
benar.
Pemahaman
yang diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti
harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksudnya dan implikasi
serta aplikasi-aplikasinya sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi.
Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar, memahami maksudnya menangkap
maknanya adalah tujuan akhir dari setiap mengajar. Pemahaman memiliki arti yang
sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proposinya. Tanpa
itu, maka skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.
Dalam
belajar unsur komprehention/pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari
unsur-unsur psikologis yang lain. Dengan motifasi, konsentrasi dan reaksi, maka
subjek belajar dapat mengembangkan faktorfaktor ide/skill. Kemudian dengan
unsur organisasi, maka subyek belajar dapat menata hal-hal tersebut secara
bertautan menjadi suatu pola yang logis. Karena mempelajari sejumlah data
sebagaimana adanya, secara bertingkat/berangsur subyek belajar mulai memahami
artinya dan implikasi dari persoalan secara keseluruhan.
Perlu
diingat bahwa komprehention/pemahaman itu adalah bersifat dinamis. Dengan ini
diharapkan, pemahaman akan bersifat kreatif. Ia akan menghasilkan imajinasi dan
fikiran yang tenang, akan tetapi apabila subjek belajar atau siswa betul-betul
memahami materi yang disampaikan oleh gurunya, maka mereka akan siap memberikan
jawaban-jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan atau berbagai masalah
dalam belajar. Dengan demikian jelaslah, bahwa comprehention atau pemahaman
merupakan unsur psikologis yang sangat penting dalam belajar
Menurut W.J.S Poerwodarminto,
pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya mengerti benar tentang sesuatu
hal. Sedangkan pemahaman siswa adalah proses, perbuatan, cara memahami sesuatu.
Dan belajar adalah upaya memperoleh pemahaman, hakekat belajar itu sendiri
adalah usaha mencari dan menemukan makna atau pengertian. Berkaitan dengan hal
ini J. Murshell mengatakan: “Isi pelajaran yang bermakna bagi anak dapat
dicapai bila pengajaran mengutamakan pemahaman, wawasan (insight) bukan hafalan
dan latihan. Definisi di atas, tidak bersifat operasional, sebab tidak
memperlihatkan perbuatan psikologis yang diambil seseorang jika ia memahami.
Maka arti pemahaman yang bersifat operasional adalah:
1. Pemahaman diartikan sebagai melihat
suatu hubungan
Pemahaman
disini mengandung arti dari definisi yang pertama, yakni pemahaman diartikan
mempunyai ide tentang persoalan. Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta
mengenai persoalan itu dikumpulkan.
2. Pemahaman diartikan sebagai suatu
alat menggunakan fakta
Pemahaman ini lebih dekat pada definisi yang kedua, yakni
pemahaman tumbuh dari pengalaman, disamping berbuat, seseorang juga menyimpan
hal-hal yang baik dari perbuatannya itu. Melalui pengalaman terjadilah
pengembangan lingkungan seseorang hingga ia dapat berbuat secara intelegen
melalui peramalan kejadian. Dalam pengertian disini kita dapat mengatakan
seseorang memahami suatu obyek, proses, ide, fakta jika ia dapat melihat
bagaimana menggunakan fakta tersebut dalam berbagai tujuan.
3. Pemahaman diartikan sebagai melihat
penggunaan sesuatu secara produktif
Dalam hal ini pemahaman diartikan bilamana seseorang
tersebut dapat mengimplikasikan dengan suatu prinsip yang nanti akan diingat
dan dapat digunakannya pada situasi yang lain. Pencapaian pemahaman siswa dapat
dilihat pada waktu proses belajar mengajar. Sebagaimana kegiatan-kegiatan yang
lainnya, kegiatan belajar mengajar berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan
(pemahaman) siswa dalam mencapai tujuan yang diterapkan maka evaluasi hasil
belajar memiliki saran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang
diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan
ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi
serta pengembangan keterampilan intelektual, menurut taksonomi (penggolongan)
ranah kognitif ada enam tingkat, yaitu:
a. Pengetahuan, merupakan tingkat terendah
dari ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingat kembali terhadap
pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti
mempelajari.
b. Pemahaman, merupakan tingkat
berikutnya berupa kemampuan memantau mengerti tentang isi pelajaran yang
dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya.
c. Penggunaan atau penerapan, merupakan
kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi yang sesuai dengan situasi
yang kongkret dan situasi baru.
d. Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan
isi pelajaran ke dalam struktur yang baru.
e. Sintesis, merupakan kemampuan
menggabungkan unsur-unsur pokok
ke dalam struktur yang baru.
ke dalam struktur yang baru.
f. Evaluasi, merupakan kemampuan
menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap
yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi,
dan interaksi. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan perseprual, keharmonisan (ketepatan), gerakan keterampilan
kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif.
B.
Tingkatan atau indikator pemahaman siswa
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai
sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang, mulai dari yang sangat
operasional dan konkret yakni tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran
umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai pada tujuan yang bersifat
universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir
kegiatan belajar mengajar akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran
antara serta sasaran kegiatan. Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri
perilaku kepribadian yang didambakan. Secara khusus dalam
proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara
sekolah dengan masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru
memahami dengan segenap aspek pribadi siswa / anak didik seperti:
1. Kecerdasan dan
bakat khusus,
2. Prestasi sejak
permulaan sekolah,
3. Perkembangan jasmani dan kesehatan,
4. Kecenderungan emosi
dan karakternya,
5. Sikap dan minat
belajar,
6. Cita-cita ,
7. Kebiasaan belajar
dan bekerja,
8. Hobi dan penggunaan
waktu senggang,
9. Hubungan sosial di sekolah dan di rumah,
10. Latar belakang
keluarga,
11. Lingkungan tempat
tinggal,
12. Dan sifat-sifat
khusus dan kesulitan belajar anak didik.
Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi,
selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para
siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta instansi yang terkait.
Pemahaman
adalah hasil belajar, misalnya anak didik dapat menjelaskan dengan susunan
kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh
lain dari yang telah dicontohkan guru atau menggunakan petunjuk penerapan pada
kasus lain. Dari aspek pribadi siswa di atas pemahaman dapat dibedakan menjadi
tiga kategori:
1. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan
mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya: dari bahasa Inggris
ke bahasa Indonesia.
2. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran,
yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya
atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian.
3. Tingkat ketiga (tingkat tertinggi)
adalah pemahaman ekstrapolasi tertulis dapat membuat ramalan konsekuensi atau
dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus atau masalahnya.
C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa
Tingkah
laku individu merupakan perwujudan dari dorongan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti kodrat manusia.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan sekolah pada prinsipnya juga
merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh
sebab itu, seorang guru perlu mengenal dan memahami tingkat kebutuhan peserta
didiknya, sehingga dapat membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka
melalui berbagai aktivitas kependidikan, termasuk aktivitas pembelajaran.
Di samping
itu, dengan mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa , guru dapat memberikan
pelajaran setepat mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa
ditinjau dari segi komponen pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Tujuan
Tujuan adalah
pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Sedikit banyaknya Perumusan juga tujuan akan mempengaruhi kegiatan
pengajaran yang dilakukan oleh guru sekaligus akan mempengaruhi kegiatan
belajar anak didik.
2. Guru
Guru adalah
tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di
sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesionalnya.
Dalam satu kelas anak didik satu berbeda dengan yang lainnya nantinya akan
mempengaruhi pula dalam keberhasilan belajar. Dalam keadaan yang demikian ini
seseorang guru dituntut untuk memberikan suatu pendekatan belajar yang sesuai
dengan keadaan anak didik sehingga akan tercapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
3. Anak
didik
Anak didik
adalah orang yang dengan sengaja datang kesekolah. Maksudnya adalah anak didik
disini tidak terbatas oleh usia muda, usia tua atau telah lanjut usia. Anak
didik yang berkumpul di sekolah mempunyai bermacam-macam karakteristik
kepribadian, sehingga daya serap (pemahaman) siswa yang didapat juga
berbeda-beda dalam setiap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, karena itu
dikenallah adanya tingkat keberhasilan yaitu tingkat maksimal, optimal, minimal
atau kurang untuk setia bahan dengan dikuasai anak didik.
Dengan demikian
dapat diketahui, bahwa anak didik adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi
kegiatan mengajar sekaligus hasil belajar yaitu pemahaman siswa.
4. Kegiatan
pengajaran
Kegiatan pengajaran adalah proses
terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dalam kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan pengajaran meliputi bagaimana guru menciptakan lingkungan
belajar yang sehat, strategi belajar yang digunakan pendekatan-pendekatan,
metode dan media pembelajaran serta evaluasi pengajaran. Dimana hal-hal
tersebut jika dipilih dan digunakan secara tepat, maka akan mempengaruhi
keberhasilan proses belajar mengajar.
5. Bahan
dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang
terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari siswa dalam rangka ulangan
(evaluasi).
Alat evaluasi meliputi cara-cara dalam
menyajikan bahan evaluasi diantaranya adalah : benar – salah (true – false), pilihan
ganda (multiple choice), menjodohkan (matching), melengkapi (completion) dan
essay.
Penguasaan secara penuh (pemahaman)
siswa tergantung pula pada bahan evaluasi yang diberikan guru kepada siswa. Hal
ini berarti jika siswa telah mampu mengerjakan/menjawab bahan evaluasi dengan
baik, maka siswa dapat dikatakan paham terhadap materi yang diberikan waktu lalu.
6. Suasana
evaluasi (suasana belajar)
Keadaan kelas yang tenang, aman,
disiplin adalah juga mempengaruhi terhadap tingkat pemahaman siswa pada materi
(soal) ujian yang berlangsung, karena dengan pemahaman materi (soal) ujian yang
berlangsung, karena dengan pemahaman materi (soal) ujian berarti pula
mempengaruhi terhadap jawaban yang diberikan siswa, jadi tingkat pemahaman
siswa tinggi, maka keberhasilan proses belajar mengajarpun akan tercapai.
Tentunya masih banyak faktor/unsur-unsur
yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar/pemahaman anak didik dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Adapun faktor-faktor yang menyebabkannya
antara lain sebagai berikut :
a. Faktor
internal
·
Faktor jasmaniah (fisiologi) meliputi ;
keadaan panca indra yang sehat tidak mengalami cacat (gangguan) tubuh, sakit
atau perkembangan yang tidak sempurna.
·
Faktor psikologis meliputi keintelektualan
(kecerdasan), minat bakat, dan potensi prestasi yang dimiliki.
·
Faktor kematangan fisik atau psikis.
b. Faktor
eksternal
·
Faktor sosial, meliputi : lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kelompok, lingkungan masyarakat
·
Faktor budaya, meliputi ; adat istiadat,
ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian
·
Faktor lingkungan fisik, meliputi ;
fasilitas rumah, fasilitas sekolah
·
dalam lingkup pembelajaran
·
Faktor lingkungan spiritual (keagamaan)
Pemahaman diri (minat, abilitas,
kepribadian, nilai-nilai dan sikap, kelebihan dan kekurangan) di pengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal di atas , faktor internal yang turut mempengaruhi pemahaman
diri siswa ditentukan
oleh diri terbuka dan tertutup. Kepribadian yang terbuka berkonstribusi positif
terhadap pemahaman diri, sedangkan kepribadian yang tertutup adalah faktor
penghambat dalam pemahaman diri. Sedangkan faktor eksternal (lingkungan) yang
mempengaruhi pemahaman diri antara lain, lingkungan keluarga, teman sebaya, dan
sekolah.
D.
Tolak ukur dalam mengetahui pemahaman siswa
Dalam proses pembelajaran, guru harus menunjukkan kemampuan
secara maksimal dan penuh percaya diri di hadapan peserta didiknya.
Secara terus-menerus guru harus
mengembangkan konsep diri siswa yang positif, menyadarkan siswa akan kelebihan
dan kekurangan yang dimiliknya. Memberikan penilaian terhadap siswa secara objektif
berdasarkan pertimbangan kuantitatif dan kualitatif. Artinya, guru harus mampu
menilai perkembangan diri peserta didik secara menyeluruh dan bersifat
psikologis, tidak semata-mata bersifat matematis.
Tolak ukur pemahaman siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan
intelektualnya aebagai mana yang dikemukakan oleh Yusuf
syamsu dan Sugandhi nani (dalam Ediasri Toto Atmodiwirjo,2011:70) mengemukakan
bahwa “Untuk mengembangkan kemampuan intelektual atau keterampilan berfikir
siswa, yaitu tentang “core thinking skills”antara lain sebagai berikut.
a. Mengasah
ketajaman panca indra untuk menerima masukan informasi dari luar (information
gathering)
b. Mengarahkan
persepsi dan perhatian (focusing) untuk menjaring informasi.
c. Mengevaluasi,
melakukan penilaian (evaluation).
d. Mengeabstraksi,
restrukturisasi, membuat ringkasan (integrating).
e. Meyimpulkan,
menduga, elaborasi (generating).
Berkaitan dengan produk hafalan,
diupayakan agar anak dapat melakukan penyimpulan (inference). Beberapa
strategi untuk sampai pada penyimpulan antara lain tanya apa, tanya informasi,
paraphrase (merumuskan kembali bahan yang dibaca/dihafalkan) dengan kata-kata
sendiri.
f. Mengidentifiksikan
ciri penting (analyzing).
g. Mengurutkan,
membedakan, mengelompokkan (organizing).
h. Mengingat
(remembering), dengan strategi antara lain pengulangan, memberi makna,
membuat catatan, melakukan asosiasi pengalaman sehari-hari.
Kemampuan seorang untuk memahami dan menyerap pelajaran
sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat
lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa
memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Adapun indikator-indikator
keberhasilan sebagai tolak ukur dalam mengetahui pemahaman siswa adalah sebagai
berikut:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran
yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun
kelompok.
2. Penilaian yang digariskan dalam
tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik
secara individual maupun kelompok.
3. Siswa dapat menjelaskan,
mendefinisikan dengan kata-kata sendiri dengan cara pengungkapannya melalui
pertanyaan, soal dan tes tugas.
E.
Cara evaluasi terhadap pemahaman siswa
Wiersma dan Jurs
membedakan antara evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa
evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing,
yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan
dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan
mengukur dan menilai. Kedua pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa
evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.
Ralph W. Tyler,
yang dikutif oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda. Ia
menyatakan bahwa evaluation as the process of determining to what extent the
educational objectives are actually being realized. Sementara Daniel
Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa
evaluation is the process of delinating, obtaining and providing useful
information for judging decision alternatif. Demikian juga dengan Michael
Scriven (1969) menyatakan evaluation is an observed value compared to some
standard. Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi sebagai sarana
untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan
pengolahan data.
Sementara itu Asmawi
Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada
suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau
obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan penilaian
adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun
nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang membedakan
antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Arikunto menyatakan bahwa mengukur
adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat
kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Hasil
pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund
(1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions of
pupil behavior”
Pengertian
penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek juga dikemukakan
oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai
suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik ,
Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman
(1967) “The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or
objects according to certain established rules”
a.
Tujuan Evaluasi
Sebagaimana
diuraikan pada bagian terdahulu bahwa evaluasi dilaksanakan dengan berbagai
tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, evaluasi dilaksanakan dengan
tujuan:
1.
Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa.
2.
Mengetahui tingkat keberhasilan Proses Belajar Mengajar
3.
Menentukan tindak lanjut hasil penilaian
4.
Memberikan pertanggung jawaban (accountability)
b.
Fungsi Evaluasi
Sejalan dengan
tujuan evaluasi di atas, evaluasi yang dilakukan juga memiliki banyak fungsi,
diantaranya adalah fungsi:
1.
Selektif
2.
Diagnostik
3.
Penempatan
4.
Pengukur keberhasilan
Selain keempat
fungsi di atas Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan masih ada fungsi-fungsi
lain dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi:
1.
Remedial
2.
Umpan balik
3.
Memotivasi dan membimbing anak
4.
Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
5.
Pengembangan ilmu
c.
Manfaat Evaluasi
v
Secara umum manfaat yang dapat diambil dari
kegiatan evaluasi dalam pembelajaran, yaitu :
1.
Memahami sesuatu : mahasiswa (entry behavior, motivasi,
dll), sarana dan prasarana, dan kondisi dosen
2.
Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan
“masalah”, dll
3.
Meningkatkan kualitas Proses Belajar Mengajar :
komponen-komponen Proses Belajar Mengajar
4.
Sementara secara lebih khusus evaluasi akan memberi
manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti siswa, guru,
dan kepala sekolah.
Bagi Siswa
Bagi Siswa
5.
Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran :
Memuaskan atau tidak memuaskan
v
Bagi Guru
1.
Mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai tujuan
: melanjutkan, remedial atau pengayaan
2.
Ketepatan materi yang diberikan : jenis, lingkup,
tingkat kesulitan, dll.
3.
ketepatan metode yang digunakan
d.
Macam-macam Evaluasi
1.
Formatif
Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu
pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu
proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan
tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru
memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Sementara
Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the strengths and
weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the
instruction to improve its effectiveness and appeal.
Evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi
yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan formative
testing is done to monitor student progress over period of time. Ukuran
keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah penguasaan kemampuan
yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan
sebelumnya. TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan,
dirumuskan dengan mengacu pada tingkat kematangan siswa. Artinya TIK dirumuskan
dengan memperhatikan kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar yang
diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/ dikuasai dengan kemampuan yang
dimiliki siswa. Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk
mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai.
Dari hasil evaluasi
ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang
dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat.
Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka
akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang
mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa
yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka
yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi
tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas.
2.
Sumatif
Evaluasi sumatif
adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang
didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke
unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan
tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa
atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah
selesai pembahasan suatu bidang studi.
3.
Diagnostik
Evaluasi
diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan
dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan
yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik
pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal
dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik
dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus
dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui
bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru
dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh.
Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
e.
Perbandingan Tes Diagnostik, Tes Formatif, dan Tes
Sumatif
Untuk memperoleh gambaran mengenai
tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif secara lebih mendalam, berikut ini
akan disajikan perbandingan antara ketiganya. Dalam membandingkan, akan
ditinjau dari 9aspek, yaitu:
1. Fungsi
2. Waktu
3. Titik berat atau tekanannya
4. Alat evaluasi
5. Cara memilih tujuan yang dievaluasi
6. Tingkat kesulitan soal-soal tes
7. Skoring ( cara menyekor)
8. Cara menyekor tingkat pencapaian
9. Metode menuliskan hasil tes
v Ditinjau dari fungsinya
1. Tes diagnostic
·
Menentukan
apakah bahan prasyarat telah dikusai atau belum
·
Menentukan
tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari.
·
Memisah-misahkan,
mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan dalam menerima pelajaran yang akan
dipelajari.
·
Menentukan
kesulitan-kesulitan belajar yang dialami untuk menentukan cara yang khusus
untuk mengatasi atau memberikan bimbingan.
2. Tes formatif
Sebagai umpan balik bagi siswa,
guru, maupun program untuk menilai pelaksanaan satu unit program.
3. Tes sumatif
Untuk memberikan tanda kepada siswa
bahwa telah mengikuti suatu program, serta menentukan posisi kemampuan siswa
dibandingkan dengan kawannya dalam kelompok.
v Ditinjau dari segi waktu
1. Tes diagnostic
·
Pada
waktu penyaringan calon siswa
·
Pada
waktu membagi kelas atau permulaan memberikan pelajaran
·
Selama
pelajaran berlangsung bila guru akan memberikan bantuan kepada siswa.
2. Tes formatif
Selama pelajaran berlangsung unutk
mengetahui kekurangan agar pelajaran dapat berlangsung sebaik-baiknya.
3. Tes sumatif
Pada akhir unit caturwulan, semester
akhir tahun, atau akhir pendidikan.
v Ditinjau dari segi titik berat
penilaian
1. Tes diagnostic
·
Tingkah
laku kognitif, afektif dan psikomotorik
·
Faktor-faktor
pisik, psikologis dan lingkungan
2. Tes formatis
Menekankan pada tingkah laku kognitif.
3. Tes sumatif
Pada umumnya menenkankan pada
tingkah laku kognitif, tetapi ada kalanya pada tingkah laku psikomotor da
kadang-kadang pada afektif. Akan tetapi walaupun menekankan pada tingkah laku
kognitif, yang diukur adalah tingkatan yang lebih tinggi (bukan sekadar ingatan
atau hafan saja).
v Ditinjau dari alat evaluasi
1. Tes diagnostik
·
Tes
prestasi belajar yang sudah distandardisasikan
·
Tes
diagnositik yang sudah distandardisasikan
·
Tes
buatan guru
·
Pengamatan
dan daftar cocok
2. Tes formatif
Tes prestasi belajar yang tersusun
secara baik.
3. Tes sumatif
Tes ujian akhir.
v Ditinjau dar cara memilih tujuan
yang dievaluasi
1. Tes diagnostic
·
Memilih
tiap-tiap keterampilan prasyarat
·
Memilih
tujuan setiap program pelajaran secara berimbang
·
Memilih
yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental dan perasaan.
2. Tes formatif
Mengukur semua tujuan instruksional khusus.
3. Tes sumatif
Mengukur tujuan instruksional umum.
v Ditinjau dari tingkat tes
1. Tes diagnostic
Untuk tes diagnostik mengukur
keterampilan dasar, diambil soal tes yang mudah, yang tingkat kesulitannya
(indeks kesukaran) 0,65 atau lebih.
2. Tes formatif
Belum dapat ditentukan.
3. Tes sumatif
Rata-rata mempunyai tingkat
kesulitan (indeks kesukaran) antara 0,35 sampai 0,70. Ditambah beberapa soal
yang sangat mudah dan beberapa lagi yang sangat sukar.
v Ditinjau dari skoring (cara
mengukur)
1. Tes diagnostic
Menggunakan standar mutlak dan
standar relatif (criterion referenced and normreferenced)
2. Tes formatif
Menggunkan standar mutlak (criteron referenced).
3. Tes sumatif
Kebanyakan menggunakan standar relatif
(norm referenced), tetapi dapat pula dipakai standar mutlak
(criterion refenced).
v Ditinjau dari tingkat pencapaian
Tingkat pencapaian adalah skor yang
harus dicapai siswa dalam setiap tes.
1. Tes diagnostik
Untuk tes diagnostik yang bersifat
memonitor kemajuan, tingkat pencapaian yang diperoleh siswa merupakan informasi
tentang keberhasilannya. Tindakan guru selanjutnya adalah menyesuaikan dengan
hasil tes diagnostik.
Tes prasyarat adalah tes diagnostik
yang bersifat khusus. Fungsinya adalah untuk mengetahui penguasaan bahan
prasyarat yang sangat penting untuk kelanjutan studi bagi pengetahuan
berikutnya. Untuk ini maka tingkat pengusaannya dituntut 100%.
2. Tes formatif
Ditinjau dari tujuan, tes formatif
digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai tujuan instruksional
umum yang diuraikan menjadi tujuan instruksional khusus.
3. Tes sumatif
Sesuai dengan fungsinya yaitu
memberikan tanda kepada siswa bahwa meraka telah mengikuti suatu program dan
untuk menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawan kelompoknya,
maka tidak diperlukan suatu tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang
dicapai.
v Ditinjau dari cara pencatatan hasil
1. Tes diagnostic
Dicatat dan dilaporkan dalam bentuk
profil
2. Tes formatif
Prestasi tiap siswa dilaporkan dalam
bentuk catatan berhasil atau gagal menguasai sesuatu tugas.
3. Tes sumatif
Keseluruhan skor atau sebagian skor
dari tujuan-tujuan yang dicapai.
f.
Prinsip Evaluasi
Terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat,
diantaranya:
1.
Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai,
materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi
hasil penilaian. à patokan : Kurikulum/silabi.
2.
Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam
proses belajar mengajar.
3.
Agar hasil penilaian obyektif, gunakan berbagai alat
penilaian dan sifatnya komprehensif.
4.
Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
Prinsip lain yang dikemukakan oleh Ngalim
Purwanto adalah:
1.
Penilaian hendaknya didasarkan pada hasil pengukuran
yang komprehensif.
2.
Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan
penilaian (grading)
3.
Hendaknya disadari betul tujuan penggunaan pendekatan
penilaian (PAP dan PAN)
4.
Penilaian
hendaknya merupakan bagian integral dalam proses
belajar mengajar.
5.
Penilaian harus bersifat komparabel.
6.
Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi
siswa dan guru.
g.
Pendekatan Evaluasi
Ada dua jenis
pendekatan penilaian yang dapat digunakan untuk menafsirkan sekor menjadi
nilai. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan, proses, standar dan juga akan
menghasilkan nilai yang berbeda. Karena itulah pemilihan dengan tepat
pendekatan yang akan digunakan menjadi penting. Kedua pendekatan itu adalah
Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP).
Sejalan dengan
uraian di atas, Glaser (1963) yang dikutip oleh W. James Popham menyatakan
bahwa terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan
substansial, yaitu pengukuran acuan norma (NRM) yang berusaha menetapkan status
relatif, dan pengukuran acuan kriteria (CRM) yang berusaha menetapkan status
absolut. Sejalan dengan pendapat Glaser, Wiersma menyatakan norm-referenced
interpretation is a relative interpretation based on an individual’s position
with respect to some group. Glaser menggunakan konsep pengukuran acuan norma
(Norm Reference Measurement / NRM) untuk menggambarkan tes prestasi siswa
dengan menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relatif siswa.
Sedangkan untuk mengukur tes yang mengidentifikasi ketuntasan / ketidaktuntasan
absolut siswa atas perilaku spesifik, menggunakan konsep pengukuran acuan
kriteria (Criterion Reference Measurement).
1.
Penilaian Acuan Patokan (PAP), Criterion Reference Test
(CRT)
Tujuan
penggunaan tes acuan patokan berfokus pada kelompok perilaku siswa yang khusus.
Joesmani menyebutnya dengan didasarkan pada kriteria atau standard khusus.
Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang performan peserta tes
dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebut dibandingkan dengan
performan yang lain. Dengan kata lain tes acuan kriteria digunakan untuk
menyeleksi (secara pasti) status individual berkenaan dengan (mengenai) domain
perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan baik.
Pada pendekatan
acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah standar absolut.
Semiawan menyebutnya sebagai standar mutu yang mutlak. Criterion-referenced
interpretation is an absolut rather than relative interpetation, referenced to
a defined body of learner behaviors. Dalam standar ini penentuan tingkatan (grade)
didasarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk
persentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan
sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh
performan (sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu
kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa bergantung pada
tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima
siswa mudah akan sangat mungkin para siswa mendapatkan nilai A atau B, dan
sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka
kemungkinan untuk mendapat nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan
ini dapat diatasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur tingkat
pencapaiannya.
Dalam
menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan PAP,
maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai
kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk
rentang skor
berikut:
Rentang Skor Nilai
80% s.d. 100% A
70% s.d. 79% B
60% s.d. 69% C
45% s.d. 59% D
< 44% E / Tidak lulus
2.
Penilaian Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT)
Tujuan
penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu
bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk
mengetahui status peserta tes dalam hubungannya dengan performans kelompok
peserta yang lain yang telah mengikuti tes. Tes acuan kriteria Perbedaan lain
yang mendasar antara pendekatan acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah
pada standar performan yang digunakan.
Pada pendekatan
acuan norma standar performan yang digunakan bersifat relatif. Artinya tingkat
performan seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif dalam
kelompoknya; Tinggi rendahnya performan seorang siswa sangat bergantung pada
kondisi performan kelompoknya. Dengan kata lain standar pengukuran yang
digunakan ialah norma kelompok. Salah satu keuntungan dari standar relatif ini
adalah penempatan sekor (performan) siswa dilakukan tanpa memandang kesulitan
suatu tes secara teliti. Kekurangan dari penggunaan standar relatif diantaranya
adalah (1) dianggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas yang
memiliki sekor yang tinggi, harus berusaha mendapatkan sekor yang lebih tinggi
untuk mendapatkan nilai A atau B. Situasi seperti ini menjadi baik bagi
motivasi beberapa siswa. (2) standar relatif membuat terjadinya persaingan yang
kurang sehat diantara para siswa, karena pada saat seorang atau sekelompok
siswa mendapat nilai A akan mengurangi kesempatan pada yang lain untuk
mendapatkannya. Sehingga akan terjadi penyebaran kemampuan menurut kurva
normal.
h.
Bila jumlah pesertanya ratusan, maka untuk memberi
nilainya menggunakan statistik sederhana untuk menentukan besarnya skor
rata-rata kelompok dan simpangan baku kelompok (mean dan standard deviation)
F.
Usaha-usaha dalam meningkatkan pemahaman siswa
Agar seorang guru dalam meningkatkan pemahaman siswa , guru
harus memilik cirri-ciri:
1. Memperhatikan
Pribadi Murid
Guru yang efektif dan profesional amat care (perhatian) pada
pribadi para peserta didiknya dan menampakkan hal itu sehingga para peserta
didik merasakannya. Perhatian personal seperti ini paling dapat dirasakan dari
tatapan mata di antara guru dengan para pserta didiknya: tatapan mata perhatian
dan suportif. Guru yang sungguh memerankan “caring” akan lebih sering
memberikan peneguhan dan dorongan semangat. Karakteristik dari “caring” ini
banyak bentuknya, seperti: kesabaran, kepercayaan, kejujuran dan keberanian;
juga mendengarkan dengan empatik, memahami, mengenal masing-masing peserta
didik secara individu, hangat dan penyemangat; dan di atas semuanya itu, cinta
pada pribadi peserta didik.
a. Mendengarkan (Listening)
Guru yang efektif mampu mendengarkan
penuh empatik, tidak hanya mendengarkan apa yang terjadi di dalam kelas, tetapi
terlebih tentang kehidupan peserta didiknya secara umum. Sikap dan tindakan
berarti menghargai tiap hal yang diungkapkan oleh sang peserta didik. Para
pserta didik butuh perhatian dan pendampingan, dan mereka amat menghargai guru
yang baik dan suka menyemangati. Dalam tindakan seperti itulah tampak bahwa
guru itu sungguh care atau tidak terhadap peserta didiknya.
b. Memahami
(Understanding)
Peserta didik sangat menghormati
guru yang memahami apa yang menjadi masalah dan pertanyaan mereka. Hasil
wawancara dengan pserta didik secara konsisten menampakkan bahwa para siswa ini
menginginkan guru yang dapat mendengarkan keluh kesah, pemikiran, dan masalah
mereka serta dapat membantu mereka mencari jalan keluar darinya. Para siswa
merindukan sosok guru yang mengembangkan sikap saling menghargai antar
guru-siswa, merindukan sosok yang berbagi tentang hidup pribadi dan
pengalamannya. Guru yang siap sedia untuk siswa juga mendapatkan nilai
penghargaan yang tinggi. Peserta didik ingin melihat guru sebagai pribadi yang
autentik dengan perhatian dan empati yang tulus terhadap anak didiknya.
c. Mengenal
Murid (Knowing Students)
Guru yang efektif
dan care mengenal sungguh muridnya secara formal maupun informal. Dia
menggunakan kesempatan untuk terus menjaga komunikasi yang terbuka dengan anak
didik. Dia tahu siswanya secara individual, tidak hanya mengerti masing-masing
gaya belajar dan kebutuhanakademiknya, tetapi juga mengenal mereka secara
personal, apa yang mereka suka atau tidak suka, situasi dirinya yang bisa jadi
mempengaruhi perilaku dan penampilannya di sekolah. Guru yang efektif
mengenal mereka pertama-tama sebagai person, baru kemudian sebagai
siswa.
2. Menghargai
dan Memperlakukan Secara Sama Masing-Masing Pribadi
Guru yang efektif mengerti sungguh
bagaimana menjaga kredibilitas dirinya. la akan berusaha untuk menekankan
nilai-nilai penghargaan dan perlakuan yang sama kepada tiap-tiap pribadi
muridnya. Selain itu, la pun menjadi model dan mempraktikkan nilai-nilai
tersebut. Murid sangat menghormati guru yang memperlakukan mereka secara adil,
tidak pilih kasih. Dan kalaupun ada anak yang bertindak keliru, akan lebih
dihargai oleh siswa jika guru tidak menasihatinya di depan seluruh kelas atau
di depan teman-temannya, melainkan ia berbicara berdua dari hati ke hati, lalu
mengatakan apa yang keliru serta memberikan masukan untuk tindakan yang benar
dan baik. Siswa sangat menghargai guru yang tidak membeda-bedakan mereka
berdasarkan ras, latar belakang budaya, dan gender.
3. Interaksi
Sosial dengan Murid
Interaksi sosial dengan siswa adalah
kesempatan baik bagi guru untuk mengembangkan perhatian, perlakuan yang adil,
dan rasa hormat pada anak didiknya. Kemampuan seorang guru untuk melakukan interaksi
positif dan hubungan yang saling menghargai, sungguh memainkan peranan yang
kuat dalam menumbuhkan suasana pembelajaran yang positif dan meningkatkan
keberhasilan siswa. Kehadiran guru dalam kegiatan olah-raga, konser musik, atau
acara-acara yang melibatkan partisipasi siswa, amatlah berharga bagi anak
didik. Interaksi sosial yang konstruktif antara guru dan siswa tidak hanya
memberi sumbangan positif terhadap proses pembelajaran dan pencapaian belajar
murid, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri siswa dengan
cara menumbuhkan dalam diri mereka rasa memilki kelas dan sekolah (sense of
belonging). Dan melalui interaksi sosial seperti ini, guru dengan lebih
mudah memberikan tantangan yang realistis kepada masing-masing siswa untuk meraih
sukses.
4. Mendorong
Antusiasme dan Motivasi untuk Belajar
Guru dapat dengan lebih efektif
memotivasi murid dengan cara mendorong mereka untuk secara pribadi bertanggung
jawab atas cara belajar, cara mengatur suasana kelas, menetapkan standar yang
cukup tinggi, melontarkan tantangan-tantangan, serta memberikan penguatan dan
semangat dalam mengerjakan tugas-tugas. Siswa akan melihat sosok guru yang
efektif seperti ini sebagai sosok pemimpin yang memotivasi. Meskipun sadar
bahwa ada beberapa murid mungkin lebih suka duduk tenang, guru yang efektif
tidak berhenti untuk terus memberikan motivasi dan melibatkan anak itu.
Karena seorang guru yang sadar bahwa
tiap-tiap siswa punya level motivasi yang berbeda-beda, guru haruslah dapat
secara kreatif menemukan strategi yang cocok untuk masing-masing. Ia tahu
bagaimana memberikan dukungan kepada siswa yang sudah memiliki motivasi
intrinsic, sekaligus ia terus mencari jalan bagaimana memberikan motivasi
ekstrinsik bagi siswa yang membutuhkannya.
Guru yang efektif mampu menciptakan
suasana kelas yang nyaman dan membekali para siswa dengan keahlian strategi
belajar sesuai kapasitas dan interes masing-masing individu. Sejalan dengan
tindakan menyediakan keahlian strategi belajar, tindakan melatihkan proses
berpikir yang lebih tinggi akan menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, selalu baru,dan tidak membosankan. Guru yang memiliki dan
menampakkan api semangat hidup dan antusiasme merupakan faktor yang amat
penting dalam memperkuat motivasi anak didik.
5. Sikap terhadap
Profesi Mengajar
Guru yang efektif memiliki dedikasi
tinggi kepada pribadi siswa dan terhadap tugas mengajarnya. Dalam dirinya
tertanam sikap bahwa ia bertanggung jawab atas keberhasilan anak-anak didiknya.
Ia mengusahakan berbagai strategi pembelajaran untuk melayani kebutuhan cara
belajar muridnya yang bervariasi, dengan satu tujuan: anak didiknya sukses.
Guru yang efektif suka bekerja
secara kolaboratif dengan kolega staf pendidik, suka berbagi ide, mau membantu
teman yang kesulitan, dan terlebih membantu guru yang masih baru. la selalu
terbuka dan ingin terns mengembangkan dirinya sebagai guru yang profesional,
misalnya: mengikuti seminar, workshop, training, pengembangan
profesionalitas guru, dan sebagainya. Ia menuntut dirinya sendiri untuk tiada
henti belajar dan mengembangkan diri sebagaimana ia menuntut murid-muridnya
untuk belajar dan berkembang.
6. Sikap
Reflektif
Guru yang efektif juga
memperlihatkan sikap dan tindakan hidup reflektif. Ia selalu mengevaluasi
kinerjanya dan proses mengajarnya di kelas. Ia juga melakukan evaluasi diri dan
kritik diri sebagai alat bantu untuk mengupayakan yang lebih baik di hari esok.
Guru yang reflektif akan memotret dirinya sebagai murid yang belajar. Ia selalu
ingin tahu hal-hal baru tentang seni dan teori mengajar, juga tentang dirinya
sendiri sebagai guru yang efektif. Secara berkesinambungan ia mengembangkan
pembelajaran dan mencoba pendekatan-pendekatan baru agar semakin dapat melayani
kebutuhan masing-masing siswanya dengan lebih baik.
Riset mendefinisikan guru reflektif
sebagai pribadi yang introspektif, artinya : mereka selalu mencari pemahaman
yang lebih mendalam akan pengajaran melalui studi lanjut atau membaca buku-buku
profesionalitas. Dengan cara melakukan refleksi setiap waktu, guru berkehendak
untuk menjadi pendidik yang lebih baik dan menanamkan sesuatu yang berbeda
(sesuatu yang positif) dalam hidup para muridnya. Guru yang efektif membuka
hati terhadap masukan dan kritik konstruktif demi perkembangan pribadi dan
keterampilannya; lalu mereka akan merefleksikannya dan belajar untuk berubah ke
arah yang lebih baik.
Adapun
usaha-usaha guru dalam meningkatkan pemahaman siswa antara nlain:
1. Memperbaiki
proses pengajaran
Langkah ini
merupakan langkah awal dalam meningkatkan proses pemahaman siswa dalam belajar,
perbaikan proses pengajaran meliputi : perbaikan tujuan pembelajaran, khususnya
tujuan instruksional khusus bahan (materi) pelajaran, metode dan media yang
tepat serta pengadaan evaluasi belajar, yang mana evaluasi ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
disajikan. Evaluasi ini dapat berupa tes formatif, subsumatif, sumatif.
2. Adanya
kegiatan bimbingan belajar
Kegiatan bimbingan belajar merupakan
bantuan yang diberikan kepada individu tertentu (siswa) agar dapat mencapai
taraf perkembangan dan kebahagiaan secara optimal. Ini menunjukkan bahwa
bimbingan belajar ini hanya diberikan kepada individu tertentu yaitu siswa yang
dipandang memerlukan bimbingan tersebut. Adapun tujuan kegiatan bimbingan belajar
adalah :
a. Mencatat
cara-cara belajar yang efektif dan efisien bagi siswa
b. Menunjukkan
cara-cara mempelajari dan menggunakan buku pelajaran
c. Memberikan
informasi dalam memilih bidang studi program, jurusan dan kelompok belajar yang
seusai dengan bakat, minat, kecerdasan dan lain-lain.
d. Membuat
tugas sekolah baik individu / kelompok
e. Menunjukkan
cara-cara menyelesaikan kesulitan belajar.
3. Penambahan
waktu belajar dan pengadaan feed back (umpan balik) dalam belajar
Dalam
pembelajaran, seorang siswa harus diberi waktu yang sesuai dengan bakat
mempelajari pelajaran, tugas kemampuan siswa dalam memahami pelajaran dan
kualitas pelajaran itu sendiri. Sehingga dengan demikian siswa dapat belajar
dan mencapai pemahaman yang optimal.
Disamping
penambahan waktu belajar guru juga harus sering mengadakan Feed Back (umpan
baik) sebagai pemantapan belajar. Umpan balik merupakan observasi terhadap
akibat perbuatan (tindakan) dalam belajar. Hal ini dapat memberikan kepastian
kepada siswa apakah kegiatan belajar telah/belum mencapai tujuan. Bahkan dengan
adanya Feed Back jika terjadi kesalahan pada anak, maka anak akan segera
memperbaiki kesalahannya.
4. Motivasi
belajar
Motivasi belajar
adalah dorongan yang menyebabkan terjadi suatu perbuatan atau tindakan
tertentu. perbuatan belajar terjadi karena adanya motivasi yang mendorong
seseorang untuk melakukan perbuatan belajar. Motivasi ini dapat memberikan
dorongan yang akan menunjang kegiatan belajar siswa. Dalam hal ini guru
bertindak sebagai “motivator” terhadap siswa. Motivasi belajar dapat berupa :
motivasi ekstrinsik dan intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang
timbul untuk mencapai tujuan yang datang dari luar dirinya. Misalnya ; guru
memberikan pujian (penghargaan), hadiah, perhatian/menciptakan suasana belajar
sehat. Sedangkan motivasi intrinsik adalah dorongan agar siswa melakukan kegiatan
belajar atas dasar keinginan dan kebutuhan serta kesadaran diri sendiri sebagai
siswa.
5. Kemauan
belajar
Adanya kemauan
dapat mendorong belajar dan sebaliknya tidak adanya kemauan dapat memperlemah
belajar. Kemauan belajar merupakan hal yang penting dalam belajar. Karena
kemauan merupakan fungsi jiwa untuk dapat mencapai tujuan dan merupakan
kekuatan dari dalam jiwa seseorang. Artinya seseorang siswa mempunyai suatu kekuatan
dari dalam jiwanya untuk melakukan aktivitas belajar.
6. Remedial
teaching (pengajaran perbaikan)
Remedial
teaching adalah suatu pengajaran yang bersifat membetulkan (pengajaran yang
membuat menjadi baik). Dalam proses belajar mengajar siswa dihadapkan dapat mencapai
pemahaman (hasil belajar) yang optimal sehingga jika ternyata siswa belum
berhasil. Maka diperlukan suatu bimbingan khusus yaitu remedial teaching dalam
rangka membantu dalam pencapaian hasil belajar. Adapun sasaran pokok dari
tindakan remedial teaching adalah :
a. Siswa
yang prestasinya dibawah minimal, diusahakan dapat memenuhi kriteria
keberhasilan minimal.
b. Siswa
yang sedikit kurang/telah mencapai bakat maksimal dalam keberhasilan akan dapat
disempurnakan atau ditinggalkan pada program yang lebih tinggi lagi.
7. Keterampilan
mengadakan variasi
Variasi disini
mengandung arti suatu kegiatan guru dalam proses belajar mengajar yang
ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid. Sehingga situasi belajar mengajar
murid senantiasa aktif dan terfokus pada mata pelajaran yang disampaikan.
Keterampilan ini
meliputi ; variasi dalam cara mengajar guru, variasi dalam penggunaan media dan
metode belajar, seta variasi pola interaksi guru dan murid.
Dengan
keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar ini, memungkinkan
untuk membangkitkan gairah belajar, sehingga akan di temukan suasana belajar
yang “hidup” artinya antara guru dan murid saling berinteraksi, tidak ada rasa
kejenuhan dalam belajar. Dengan keadaan demikian, pemahaman siswa mudah
tercapai bahkan akan menemukan suatu keberhasilan belajar yang diinginkan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan
memahami pribadi siswa, seorang guru akan dapat memberikan harapan yang
realistis terhadap anak dan remaja. Ini adalah penting, karena jika terlalu
banyak yang diharapkan pada anak usia tertentu, anak mungkin akan mengembangkan
perasaan tidak mampu jika ia tidak mencapai standar yang ditetapkan orangtua
dan guru. Sebaliknya, jika terlalu sedikit yang diharapkan dari mereka, mereka
akan kehilangan rangsangan untuk lebih mengembangkan kemampuannya.Guru akan
lebih mudah dalam memberikan respons yang tepat terhadap perilaku tertentu
seorang anak.
Dengan
memahami pribadi siswa guru juga akan lebih mudah dalam mengenali kapan
perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai, sehingga guru dapat
mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian
dan perilakunya. Dan guru sebagai pengajar akan lebih mudah dalam memberikan bimbingan
belajar yang tepat pada peserta didik.
B.
Saran
Sebagai
guru hendaknya mengerti benar akan pemahaman pribadi siswa, baik secara
langsung maupun tidak lansung, karena guru juga berperan dalam perkembangan
siswa sendiri. Guru juga harus mampu memahami tingkatan kesulitan pemahaman
siswa agar guru dapat memberikan solusi bagi mereka.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikuto,
Suharsimi.1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Desmita.2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Rosdakarya
Sadirman,
A.M.1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali,
Pers
Sukmadinata, N S.2005.
Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung : Rosdakarya
Syaiful Bahri
Djamarah.1996. Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta ; PT. Rineka Cipta
terima kasih info yang lengkap ini sangat membantu.!
BalasHapusVisit : http://www.herbalonlinetop.com/2015/09/obat-tradisional-untuk-sakit-kencing-manis.html
trimakasih infonya...
BalasHapusizin copas ya min buat tugas... sukses selalu...
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)